
Bingung Pilih Pelatihan AML Lokal atau Internasional? Simak Perbandingan Lengkapnya
Dalam dunia kepatuhan, pelatihan Anti Money Laundering (AML) menjadi keharusan bagi berbagai sektor industri. Namun saat memilih pelatihan, muncul pertanyaan klasik lebih baik ikut pelatihan lokal atau internasional?
Keduanya punya keunggulan dan keterbatasan. Memahami perbedaannya membantu profesional compliance dan manajemen menentukan pilihan strategis, sesuai kebutuhan regulasi, konteks operasional, dan tujuan pengembangan SDM.
Artikel ini mengupas secara tuntas perbedaan pelatihan AML lokal dan internasional, dari sisi kurikulum, bahasa, pendekatan belajar, pengakuan sertifikat, hingga waktu terbaik memilih masing-masing.
1. Perbedaan Kurikulum dan Basis Regulasi
Pelatihan AML lokal umumnya berfokus pada regulasi nasional seperti:
- UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
- Peraturan OJK, BI, dan PPATK terkait AML/CFT
- Studi kasus lokal dan praktik sesuai kebijakan lembaga dalam negeri
Tujuan utamanya: memastikan peserta memahami dan mampu menjalankan kewajiban pelaporan, identifikasi risiko nasabah (CDD/EDD), serta membentuk sistem deteksi sesuai regulasi Indonesia.
Pelatihan internasional, seperti dari ACAMS, ICA, atau Basel Institute, menggunakan pendekatan global. Materinya mencakup:
- FATF 40 Recommendations
- Best practice internasional dalam monitoring, pelaporan, dan risk-based approach
- Studi kasus dari berbagai negara dan sektor
Kurikulumnya lebih luas dan mendalam, cocok untuk perusahaan multinasional atau individu yang ingin meraih sertifikasi bertaraf global.
2. Bahasa dan Pendekatan Belajar
Pelatihan lokal biasanya menggunakan Bahasa Indonesia, baik dalam materi, diskusi, maupun simulasi. Ini membuat pembelajaran lebih mudah dicerna oleh peserta yang belum terbiasa dengan istilah asing. Fasilitator juga bisa langsung mengaitkan materi dengan budaya kerja lokal.
Sebaliknya, pelatihan internasional disampaikan dalam Bahasa Inggris. Materinya menggunakan istilah teknis seperti “Beneficial Owner,” “Suspicious Activity Reporting,” atau “Risk Appetite Statement” yang harus dikuasai peserta. Metode ajarnya pun cenderung berbasis modul daring, video learning, dan asesmen tertulis.
Plus-minus pendekatan:
Memilih pelatihan Anti Money Laundering (AML) yang tepat tak bisa sembarangan. Salah satu faktor penentu efektivitas pelatihan adalah pendekatannya—apakah berbasis lokal atau internasional. Berikut perbandingan beberapa aspek kunci yang perlu dipertimbangkan:
- Bahasa Pengantar dan Tingkat Pemahaman
Pelatihan AML lokal biasanya menggunakan Bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami, terutama bagi peserta pemula atau yang belum terbiasa dengan istilah teknis. Sebaliknya, pelatihan internasional menuntut kemampuan Bahasa Inggris aktif serta penguasaan terminologi AML global, yang bisa menjadi tantangan bagi sebagian peserta. - Pola Interaksi dan Diskusi dalam Kelas
Kelas lokal cenderung mengedepankan diskusi terbuka dan interaktif karena kesamaan bahasa dan konteks. Ini menciptakan ruang nyaman untuk bertanya dan berbagi pengalaman. Di sisi lain, pelatihan internasional, terutama yang online atau bersifat asinkron, memiliki batasan dalam hal interaksi langsung dan kedalaman diskusi. - Simulasi dan Studi Kasus yang Digunakan
Kelebihan utama pelatihan lokal terletak pada studi kasus dan simulasi yang relevan dengan praktik dan peraturan di Indonesia. Sementara pelatihan internasional menawarkan studi kasus berskala global yang memberi wawasan luas, namun kadang tidak langsung bisa diterapkan dalam konteks domestik. - Kesesuaian dengan Budaya Kerja Indonesia
Pelatihan lokal secara alami lebih sesuai dengan budaya organisasi di Indonesia. Bahasa, etika, dan pendekatan komunikasi yang digunakan mencerminkan praktik sehari-hari. Sebaliknya, pelatihan internasional mengharuskan peserta beradaptasi dengan cara berpikir dan pendekatan kerja yang mungkin berbeda secara signifikan.
3. Reputasi dan Pengakuan Sertifikat
Sertifikat pelatihan bisa berdampak besar pada kredibilitas profesional, terutama bagi praktisi AML, compliance officer, atau auditor internal.
Pelatihan lokal umumnya diselenggarakan oleh:
- Lembaga pelatihan nasional (misalnya: Diorama Training)
- Asosiasi industri (misalnya: APUPPT)
- Regulator (misalnya: pelatihan oleh OJK, PPATK)
Sertifikat ini diakui luas dalam rekrutmen lokal dan pemenuhan kewajiban internal perusahaan.
Pelatihan internasional menawarkan sertifikasi yang lebih kompetitif secara global, seperti:
- CAMS (Certified Anti-Money Laundering Specialist) dari ACAMS
- ICA Diploma in AML
- CGSS (Certified Global Sanctions Specialist)
Sertifikat ini sangat dihargai di perusahaan multinasional, fintech global, dan lembaga donor internasional.
Namun, biaya sertifikasi internasional bisa berkali lipat dari lokal. Tapi ROI-nya juga lebih tinggi bagi yang ingin memperluas karier ke tingkat regional/global.
4. Kapan Pilih Pelatihan Lokal, Kapan Internasional?
Tidak ada satu jawaban untuk semua. Pilihan terbaik tergantung pada:
a. Posisi dan Pengalaman Peserta
- Staf pemula atau generalist di perusahaan nasional → mulailah dari pelatihan lokal berbasis praktik.
- Middle management atau compliance officer → bisa gabungkan lokal dan internasional secara bertahap.
- Senior compliance, internal auditor, atau advisor → pertimbangkan sertifikasi internasional untuk memperkuat posisi strategis.
b. Tujuan Organisasi
- Kepatuhan operasional dan audit regulator → fokus pada pelatihan lokal sesuai aturan BI/OJK/PPATK.
- Ekspansi ke luar negeri atau joint venture → butuh tenaga ahli dengan pengetahuan AML internasional.
- Perusahaan fintech atau crypto → pelatihan internasional memberi wawasan lebih relevan, mengingat regulasi global yang lebih ketat.
c. Anggaran dan Waktu
- Pelatihan lokal lebih terjangkau dan bisa dilakukan secara in-house.
- Pelatihan internasional perlu persiapan lebih panjang, baik waktu belajar maupun ujian sertifikasi.
5. Studi Kasus Kombinasi
Banyak organisasi kini menggunakan strategi kombinasi: pelatihan lokal sebagai fondasi, lalu ditingkatkan ke internasional untuk staf tertentu. Kepatuhan operasional meningkat, proses deteksi transaksi mencurigakan jadi lebih tajam, dan reputasi perusahaan meningkat di mata regulator dan mitra internasional.
Contoh penerapan di perusahaan keuangan:
- Seluruh tim back-office dan frontliner mengikuti pelatihan lokal berbasis regulasi Indonesia dan simulasi KYC.
- Tim compliance dan risk analyst dipilih untuk mengikuti pelatihan lanjutan seperti CAMS.
- Manajer senior diberikan workshop internasional untuk memahami tantangan lintas yurisdiksi.
Jangan memilih pelatihan hanya karena banyak yang ikut atau karena sertifikatnya terlihat keren. Kuncinya, sesuaikan dengan kebutuhan tim dan strategi perusahaan.
Pelatihan AML lokal dan internasional sama-sama penting, tergantung konteksnya. Yang satu memberi kedalaman lokal, yang lain memperluas perspektif global.
Diorama Training kini menawarkan blended program yakni pelatihan lokal yang mengintegrasikan studi kasus internasional, atau pelatihan bersertifikat internasional dengan pendampingan dalam Bahasa Indonesia.
Jangan tunggu sampai audit menemukan kelemahan AML Anda. Daftarkan tim Anda ke pelatihan Anti Money Laundering yang menggabungkan kedalaman lokal dan wawasan global. Silahkan klik tautan ini untuk jadwal pelatihan dan penawaran spesial.